Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1, Maret 2013 ISSN : 1412 – 6885 53 STUDI KARAKTERISTIK TANAH HUTAN BAKAU DI AREAL LAHAN BASAH KOTA BONTANG Makhrawie Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRACT A study that aimed to identify characteristics of mangrove forest soil and their inter-relationships, and to know status and limiting factors of the soil fertility, was conducted at wetland area around Badak NGL Company, Bontang City, Province of East Kalimantan. Results of the study showed that there was 2 main great groups of soil, Tropofluvents dan Tropopsamments. Great group Tropofluvents at Zone I and II of mangrove forest area is characterized by fibric, silty loam until loam texture, no until slightly clay and no until moderately plastic consistency, with soil colour varied in black, brownish black, very dark brown, brown until brownish grey. At while great group Tropopsamments which located at Pulau Siaca (SCK) is characterized by sand and sandy texture, no clay and no plastic consistency with soil colour was light grey dominantly. Salinity of soil was positively related to content of sulphate (r = 0.55), while pH H2O was negatively related to soluble sulphate (r = 0.62). Soil Cation Exchange Capacity (CEC) was also negatively related to Exchangeable Sodium Percentage (ESP) (r=0.93). High content of soil sulphate was found at location of 25 Ha-mangrove forest, Sekambing Baltim and Sekambing Muara. High Sodium Absorption Ratio (SAR) was found at Sekangat and Sekambing Muara. Most of observation areas indicated high to very high status of soil fertility, except location of 25 Ha-Mangrove forest (L25 M and L 25 H) that indicated was low soil status and Pulau Siaca (SCK) was moderately soil status. These low to moderately soil fertility status was determined by very low Phosphore, as main soil limiting factor. Keywords: Mangrove forest soil, soil charcteristics, soil fertility status PENDAHULUAN Areal hutan bakau (mangrove) merupakan salah satu kawasan yang dilindungi oleh pemerintah. Kondisi edapik areal hutan bakau secara nyata berbeda dengan kondisi teresterial. Areal hutan yang memiliki ekosistem spesifik tentunya menampilkan karakteristik tanah yang juga spesifik, dimana sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi reduksi dan ketergenangan. Penelitian yang dilaksanakan di areal lahan basah sekitar PT. Badak NGL Kota Bontang yang bervegetasi hutan bakau, ditujukan untuk mengidentikasi sifat-sifat tanah dan keterkaitan sifat tanah serta untuk mengetahui status kesuburan tanah berikut fator-faktor “tudi Karakteristik Ta..ah … Makhrawie 54 pembatas kesuburan tanah hutan bakau. METODE PENELITIAN Lokasi Studi Studi tanah hutan bakau dilaksanakan di lingkungan lahan basah sekitar PT. Badak NGL yang terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Bontang Selatan, Kota Bontang Kalimantan Timur. Pengamatan tanah hutan bakau dilaksanakan di 28 (dua puluh delapan) titik pengamatan, yang tersebar di beberapa desa/lokasi sebagai berikut: Muara Sekambing (4 titik), Sekambing Baltim (3 titik), Sekambing Bulu (1 titik), Sekambing Beruang (1 titik), Sekambing Cina (1 titik), Sekambing Tengah/Pagung (4 titik), Sekangat (4 titik), Areal Hutan bakau dalam wilayah PT. Badak NGL 25 Ha (3 titik), Tanjung Laut (1 titik), Banaran (1 titik), Berbas Tengah (1 titik), Berbas Pantai (1 titik), Sebelah kanan lapangan golf dalam wilayah PT. Badak NGL (2 titik), dan Pulau Siaca (1 titik). Pelaksanaan Studi Survei tanah hutan bakau menggunakan metode survei bebas (free survey), dimana pengamatan dan pengambilan contoh tanah di dalam areal lahan basah sekitar tapak proyek PT. Badak NGL. Pengamatan dan pengambilan contoh tanah hutan bakau dimaksud menyebar menurut pendekatan dan pertimbangan: (1) perbedaan suhu air sepanjang kanal air panas dan atau pada daerah yang dipengaruhi oleh air panas dari kanal pembuangan (dari Sekambing Cina hingga Sekambing Muara dan Sekambing Tengah/Pagung), (2) perbedaan salinitas yang didekati dari perbedaan zonasi hutan bakau, dan (3) perbedaan kondisi pertumbuhan hutan bakau. Contoh tanah bakau sebanyak kurang lebih 1 kg diambil secara komposit pada daerah pewakil (representative area) dengan menggunakan bor tanah kering dan basah (soil auger), dengan kedalaman tanah 0-20 cm dan 20-60 cm. Deskripsi boring tanah dan lingkungan daerah pewakil didasarkan pada Guidelines for Soil Description (FAO, 1995). Deskripsi boring dan informasi lingkungan dimana contoh tanah boring diambil meliputi: (1) letak posisi geografis, (2) kedalaman, (3) tekstur tanah lapangan, (4) jenis gambut, (5) warna tanah matrik dan bercak, (6) konsistensi tanah, (7) kondisi perakaran, (8) ciri-ciri permukaan, (9) bahan induk tanah, (10) kedalaman air tanah, (11) kelas drainase, (12) kondisi erosi tanah. Pengolahan dan Analisis Data Contoh tanah komposit lapangan dianalisis lebih lanjut di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian dan Laboratorium Tanah Pusrehut Universitas Mulawarman, dengan komponen tanah yang dianalisis meliputi: (1) pH H2O dan pH KCl, (2) Total Nitrogen, (3) karbon organik dan bahan organik, (4) Fosfor tersedia, (5) basa dapat tukar (Na+, K+, Ca+2, Mg+2), (6) Aluminium dan hidrogen dapat tukar (H+, Al+3), Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1, Maret 2013 ISSN : 1412 – 6885 55 (7) Kapasitas Tukar Kation (KTK), (8) Kejenuhan Basa (KB), (9) Sulfat dapat larut, dan (10) tekstur tanah Dari data hasil analisis tanah, hubungan antara karakteristik tanah dengan kondisi salinitas dan kondisi pertumbuhan hutan bakau pada setiap site pengambilan contoh tanah digambarkan untuk merumuskan variabilitas karakteristik tanah hutan bakau. Status kesuburan tanah hutan bakau dievaluasi secara kualitatif menggunakan metode kriteria kesuburan tanah oleh PPT Bogor (PPT, 1983). Selanjutnya faktor pembatas kesuburan tanah hutan bakau ditentukan berdasarkan nilai rating unsur hara terendah dan atau nilai hara penentu bagi pertumbuhan hutan bakau. Sebagai tambahan, dari kondisi morfologis yang didukung oleh hasil analisis tanah, tanah hutan bakau diklasifikasikan secara sederhana hingga tingkat sub-kelas dengan menggunakan sistem FAO (ISSS, ISRIC dan FAO, 1994) dengan padanannya berdasarkan sistem Taksonomi Tanah USDA (Soil Survey Staff, 1994). HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe dan Karakteristik Iklim Lokasi Studi Kota Bontang memiliki ratarata curah hujan tahunan sebesar 1117,95 mm. Rata-rata jumlah curah hujan efektif tahunan yang dihitung menggunakan formula USDA Conservation Service sebesar 900,00 mm atau 80,50 % dari total curah hujan tahunan. Suhu udara rata-rata bulanan pada daerah ini sebesar 29,02 oC, dimana suhu rata-rata bulanan tertinggi umumnya terjadi pada bulan April dan terendah terjadi pada bulan November. Kelembaban udara bulanan berkisar 62 – 72 %, dengan rata-rata bulanan sebesar 68 %. Kecepatan angin bervariasi 7,8 – 9,6 km/jam. Ratarata evapotranspirasi Thornthwaite bulanan yang dihitung dengan menggunakan Newhall Simulation Model menunjukkan bervariasi 140,90 – 165,30 mm, dengan ratarata sebesar 157,56 mm. Berdasarkan data curah hujan dan evpotranspirasi, wilayah Bontang umumnya menunjukkan defisit air sebesar 772,76 mm/tahun. Defisit air terjadi hampir pada seluruh bulan, kecuali bulan Februari dan Desember yang menunjukkan surplus. Fisiografi dan Geologi Secara umum lokasi studi mempunyai bentuk fisiografi dataran pantai dengan variasi subsystem dataran banjir, terbentuk dari formasi batuan Alluvial pada massa Quaternary, dengan jenis batuan berupa lempung dengan sisipan tipis pasir dan kerikil yang mengandung sisa-sisa tumbuhan/humus. Tipe fisiografi lahan ini menempati bagian timur areal studi yang sejajar dengan garis pantai. Sebagian merupakan daerah rawa-rawa dengan hutan bakaunya. Struktur geologi berupa lipatan yang membentuk sinklinal dan antiklinal dengan arah sumbu utara selatan, serta struktur sesar yang memotong “tudi Karakteristik Ta..ah … Makhrawie 56 sumbu lipatan. Ketinggian tempat berkisar 0 - 10 m dari permukaan laut, dengan kemiringan lahan 0 - 2 %. Morfologi dan Klasifikasi Tanah Hutan Bakau Jenis tanah pada lokasi studi berkembang dari bahan induk Marine Alluvium dengan lithologi dari batuan endapan (sedimentary rock). Jenis tanah tersebut mempunyai kemiripan antara satu lokasi dengan lokasi lainnya, kecuali terhadap tanah bakau di Pulau Siaca. Jenis tanah yang terdapat di lokasi studi umumnya terdiri dari 2 sub kelas yaitu Dystric Fluvisol (Tropofluvents) yang berasosiasi dengan Dystric Gleysol (Tropaquepts) dan Cambic Arenosol (Tropopsamments). Jenis tanah Dystric Fluvisol terdapat di lokasi studi khususnya pada daerah yang berbatasan dengan garis pantai (zona I hutan bakau). Jenis tanah ini berasosiasi dengan sub kelas Dystric Gleysol yang terdapat pada zona II hutan bakau atau zona peralihan I dan II hutan bakau. Jenis tanah dimaksud dicirikan oleh tekstur tanah lapangan fibrik dan lempung berdebu hingga lempung dengan konsistensi tanah tidak liat-sedikit liat, tidak plastis-cukup plastis dan warna tanah bervariasi dari hitam, hitam kecoklatan, coklat sangat gelap, coklat hingga abu-abu kecoklatan di bagian lapisan atas dan tekstur tanah fibrik/humik, lempung berpasir, lempung berdebu hingga lempung dengan konsistensi tidak liat-sedikit liat, tidak plastiscukup plastis dan warna tanah dari hitam kecoklatan, coklat sangat gelap, coklat gelap hingga coklat di bagian lapisan bawah. Jenis tanah Cambic Arenosol dicirikan oleh tekstur tanah pasir hingga berpasir, konsistensi tanah tidak liat dan tidak plastis dan warna tanah abu-abu jelas. Jenis tanah ini terdapat pada lokasi studi Pulau Siaca (SCK). Tanah-tanah yang terdapat pada lokasi studi umumnya menunjukkan drainase terhambat sampai sangat terhambat dengan kedalaman muka air tanah 30 sampai -40 cm dari permukaan. Tanah tidak memperlihatkan bukti adanya erosi tanah, kecuali hanya erosi percikan (splash erosion). Selain kedua jenis tanah di maksud di atas, secara khusus terdapat jenis tanah yang mempunyai nilai pH < 3 dengan sulfat dapat larut terbesar diantara jenis tanah lain yaitu 1.44 - 1.56 %. Dari karakteristik pH tanah dan kandungan sulfat tanah itu, maka ia dapat diklasifikasikan sebagai tanah Sulfat Masam atau Thionic Fluvisol (Sulfaquepts). Hubungan antara Salinitas dengan Karakteristik Tanah 1. Hubungan salinitas dengan kemasaman dan sulfat tanah larut Seperti disajikan pada Tabel 1, rata-rata salinitas tanah pada lokasi studi memperlihatkan hubungan terbalik dengan rata-rata pH H2O tanah, dengan koefisien Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1, Maret 2013 ISSN : 1412 – 6885 57 korelasi yang sangat kecil yaitu - 0.08. Rata-rata salinitas memperlihatkan hubungan berbanding lurus dengan rata-rata kandungan sulfat tanah, dimana koefisien korelasi diantara keduanya adalah sedang yaitu 0.55. Rata-rata pH H2O tanah memperlihatkan hubungan terbalik dengan rata-rata kandungan sulfat dapat larut, dengan koefisen korelasi sedang - 0.62. Dilihat dari kelompok lokasi/titik pengamatan, rata-rata kisaran salinitas tinggi terjadi pada lokasi studi 25 Ha hutan bakau (terisolir), Muara Sekambing dan Pagung (Sekambing Tengah), sedang kisaran terendah terjadi pada lokasi Sekangat. Lokasi studi dekat lapangan golf dan Pagung menunjukkan rata-rata kisaran pH H2O tanah yang tinggi. Rata-rata kisaran pH H2O yang rendah terjadi pada lokasi Sekambing Baltim dan Sekambing Muara. Selanjutnya kisaran rata-rata sulfat tanah tinggi terdapat pada lokasi studi 25 Ha hutan bakau (terisolir), Sekambing Baltim dan Sekambing Muara, sedang kisaran nilai yang rendah terdapat pada lokasi dekat lapangan golf. Nilai rata-rata kandungan salinitas, pH H2O dan sulfat tanah tertinggi dan terendah per satuan titik pengamatan (masing-masing dengan angka cetak tebal miring) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata Salinitas, pH H2O dan Sulfat Dapat Larut pada Lokasi Studi No Titik Pengamatan Salinitas (mmhos/cm) pH H2O Sulfat Dapat Larut (%) 1 MK (Sekambing Muara) 73.40 3.30 0.87 2 KM (Sekambing Muara) 90.50 5.25 0.72 3 MSK (Sekambing Muara) 102.10 5.00 0.98 4 MoS (Sekambing Muara) 79.25 4.00 1.30 5 BL (Sekambing Baltim) 66.05 4.70 0.80 6 BLT (Sekambing Baltim) 79.15 4.45 0.98 7 BLM (Sekambing Baltim) 87.95 1.95 1.56 8 SEPG (Pagung) 74.45 6.40 0.83 9 SPG (Pagung) 77.15 5.25 0.52 10 SPGN (Pagung 52.00 5.10 0.46 11 SSPG (Pagung) 101.65 6.50 1.17 12 SKG (Sekangat) 40.65 4.40 0.75 13 SKGN (Sekangat) 55.40 5.00 0.53 14 SGT (Sekangat) 51.85 5.15 0.57 15 SSGT (Sekangat) 70.55 6.35 0.93 16 SBU (Sekambing Bulu) 38.95 1.90 1.44 17 SKC (Sekambing Cina) 83.70 4.35 1.02 18 SKB (Sekambing Beruang) 29.65 5.25 0.42 19 TJL (Tanjung Laut) 67.85 4.90 0.90 20 BNR (Banaran) 70.05 4.05 1.23 “tudi Karakteristik Ta..ah … Makhrawie 58 No Titik Pengamatan Salinitas (mmhos/cm) pH H2O Sulfat Dapat Larut (%) 21 BRP (Berbas Pantai) 56.80 5.60 0.66 22 BRT (Berbas Tengah) 61.20 4.40 1.07 23 LPG (Dekat Lapangan Golf) 51.60 5.65 0.42 24 LPGF (Dekat Lapangan Golf) 66.75 6.50 0.70 25 L25L (Lokasi 25 Ha Bakau) 88.50 4.35 1.16 26 L25M (Lokasi 25 Ha Bakau) 93.90 5.85 1.27 27 L25H (Lokasi 25 Ha Bakau) 83.15 4.05 1.28 28 SCK (Pulau Siaca) 33.55 8.00 0.27 2. Hubungan Salinitas dengan SAR, ESP dan Kapasitas Tukar Kation Seperti terlihat Tabel 2, ratarata kandungan salinitas tanah berbanding terbalik dengan nilai rata-rata SAR (Sodium Adsorption Ratio), dengan koefisien korelasi kecil -0.38. Hal serupa terhadap rata-rata Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah, yang menunjukkan koefisien korelasi kecil yaitu - 0.26. Rata-rata salinitas tanah menunjukkan korelasi positif dengan kandungan ESP (Exchangeable Sodium Percentage) tanah, yaitu 0.36. Rata-rata KTK tanah mempunyai hubungan negatif tinggi dengan ESP (koefisien korelasi -0.93). Antara KTK dengan ESP memperlihatkan bentuk bangun terbalik. Sedangkan dengan ratarata SAR, rata-rata KTK memperlihatkan hubungan positif dengan koefisien korelasi yang sangat kecil yaitu 0.04. Rata-rata ESP dengan rata-rata SAR memperlihatkan hubungan negatif, dengan koefisien korelasi kecil -0.11. Dilihat dari kelompok lokasi/titik pengamatan, lokasi studi Sekangat dan Sekambing Muara memperlihatkan kisaran nilai ratarata SAR yang tinggi, sedang yang rendah terdapat pada kelompok lokasi studi dekat lapangan golf. Kisaran nilai rata-rata kandungan KTK tanah yang tinggi terdapat pada kelompok lokasi studi Sekangat dan lokasi 25 Ha hutan bakau, sedang nilai kandungan yang rendah terdapat pada kelompok lokasi Pagung (Sekambing Tengah). Nilai rata-rata SAR dan kapasitas tukar kation tanah tertinggi dan terendah (masing-masing dengan angka cetak tebal miring) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Salinitas, SAR, ESP dan KTK pada Lokasi Studi No Titik Pengamatan Salinitas (mmhos/cm) SAR ESP (%) KTK (me/100 g tanah) 1 MK (Sekambing Muara) 73.40 0.31 3.46 31.41 2 KM (Sekambing Muara) 90.50 0.24 3.77 28.84 3 MSK (Sekambing Muara) 102.10 0.25 4.98 21.06 Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1, Maret 2013 ISSN : 1412 – 6885 59 No Titik Pengamatan Salinitas (mmhos/cm) SAR ESP (%) KTK (me/100 g tanah) 4 MoS (Sekambing Muara) 79.25 0.26 4.21 25.89 5 BL (Sekambing Baltim) 66.05 0.26 3.71 28.05 6 BLT (Sekambing Baltim) 79.15 0.27 5.62 18.44 7 BLM (Sekambing Baltim) 87.95 0.24 3.99 26.03 8 SEPG (Pagung) 74.45 0.22 5.05 21.71 9 SPG (Pagung) 77.15 0.28 3.45 30.90 10 SPGN (Pagung 52.00 0.22 4.64 22.81 11 SSPG (Pagung) 101.65 0.23 8.20 13.66 12 SKG (Sekangat) 40.65 0.37 5.64 18.99 13 SKGN (Sekangat) 55.40 0.32 4.19 25.66 14 SGT (Sekangat) 51.85 0.34 2.84 39.00 15 SSGT (Sekangat) 70.55 0.22 2.88 39.37 16 SBU (Sekambing Bulu) 38.95 0.30 3.54 28.55 17 SKC (Sekambing Cina) 83.70 0.26 6.11 17.61 18 SKB (Sekambing Beruang) 29.65 0.36 4.17 24.91 19 TJL (Tanjung Laut) 67.85 0.26 3.83 28.61 20 BNR (Banaran) 70.05 0.29 3.40 31.32 21 BRP (Berbas Pantai) 56.80 0.30 3.87 28.88 22 BRT (Berbas Tengah) 61.20 0.26 6.03 18.44 23 LPG (Dekat Lapangan Golf) 51.60 0.19 3.82 29.11 24 LPGF (Dekat Lapangan Golf) 66.75 0.22 3.57 30.72 25 L25L (Lokasi 25 Ha Bakau) 88.50 0.25 3.08 35.87 26 L25M (Lokasi 25 Ha Bakau) 93.90 0.22 5.69 19.69 27 L25H (Lokasi 25 Ha Bakau) 83.15 0.25 5.83 19.68 28 SCK (Pulau Siaca) 33.55 0.19 3.56 30.86 Karakteristik Tanah Sepanjang Kanal Air Panas dan pada Daerah yang Dipengaruhi oleh Kanal Air Panas Dengan tidak adanya data suhu tanah, maka pengujian pengaruh tingginya suhu air dari kanal pembuangan air panas terhadap karakteristik dan kualitas tanah didekati dari data pengukuran suhu air pada titik-titik tertentu yang letaknya berdekatan dengan lokasi pengambilan contoh tanah pewakil. Pendekatan ini dipandang relatif kasar dan bersifat tidak langsung. Kondisi karakteristik tanah pada lokasi sepanjang dan sekitar kanal air panas sedikit banyak dipengaruhi oleh suhu air, khususnya pada daerah tergenang (flooding area) dan daerah rawa belakang (backswamp area) yang menerima pengaruh masuknya air panas dari kanal pembuangan air panas pada saat pasang naik. Pada tingkat suhu tertentu, naiknya suhu air akan mempengaruhi naiknya suhu “tudi Karakteristik Ta..ah … Makhrawie 60 tanah, dimana kemudian reaksireaksi kimia tanah dapat berlangsung lebih cepat. Seperti terlihat pada Tabel 3, dari pengelompokkan lokasi/titik pengamatan, lokasi studi Sekambing Beruang (suhu air 42.20 - 43.9o C), Sekambing Bulu (suhu air 27.70 - 38.80o C) dan Sekambing Cina (suhu air 42.20 - 43.90o C) yang dekat dengan kanal pembuangan air panas mempunyai karakteristik tanah yang relatif berbeda dengan tanah-tanah pada lokasi lainnya. Tanah pada lokasi Sekambing Beruang mempunyai rata-rata kandungan Ca+2 (13.19 me/100 g tanah) dan Mg+2 (3.15 me/100 g tanah) yang lebih kecil dibanding jenis tanah lainnya. Dari nilai rasio C dan N yang terendah (21.50) di antara jenis tanah lainnya, tanah pada lokasi Sekambing Beruang menunjukkan terjadinya proses dekomposisi (pembusukan) yang cepat/tinggi. Rendahnya nilai C/N itu erat kaitannya dengan kenyataan bahwa semua bakau pada lokasi dimaksud telah mati dan membusuk. Tanah pada lokasi Sekambing Cina juga menunjukkan rata-rata KTK yang terkecil (17.61 me/100 g tanah) dibanding jenis tanah lainnya. Selanjutnya, tanah pada lokasi Sekambing Bulu memperlihatkan nilai pH H2O yang sangat masam (pH H2O 1.90), dengan kandungan sulfat dapat larut yang besar (1.44 %). Kondisi tanah seperti ini menjadi ciri bagi tanah sulfat masam (Thionic Fluvisol atau Sulfaquepts). Tingginya kemasaman tanah pada lokasi Sekambing Bulu berbanding lurus dengan tingginya kation asam Al+3 (21.68 me/100 g tanah) dan H+ (29.09 me/100 g tanah) serta kejenuhan aluminium (76.00 %). Serupa dengan jenis tanah pada lokasi studi Pulau Siaca, pada lokasi studi Sekambing Bulu juga memperlihatkan rata-rata kandungan nitrogen total relatif kecil. Tanah-tanah pada lokasi Pagung (Sekambing Tengah) memperlihatkan kandungan karakteristik tanah yang besar, diantaranya pH H2O (5.10 - 6.50), karbon organik (15.58 - 22.81 %), P tersedia (54.40 - 96.55 ppm), kandungan Ca+2 (26.74-47.19 me/100 g tanah), K+ (4.67 - 5.98 me/100 g tanah), Na+ (1.06 - 1.12 me/100 g tanah) dan Kejenuhan Basa/KB(100 %). Selain lokasi studi Pagung, lokasi studi Pulau Siaca (dalam hal ini menjadi kontrol) juga memperlihatkan kondisi tanah dengan pH tanah agak alkalis (pH H2O sebesar 8) dan KTK yang tinggi (30.86 me/100 tanah). Tingginya pH tanah pada lokasi ini lebih banyak disebabkan oleh kandungan kapur yang berasal dari kerang laut. Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1, Maret 2013 ISSN : 1412 – 6885 61 Tabel 3. Karakteristik Tanah sepanjang Kanal Air Panas dan atau Daerah yang Dipengaruhi oleh Kanal Air Panas No Titik Pengamatan pH H2O C organik N total C/N P tersedia Ca+2 Mg+2 K+ Na+ KB KTK Al+3 H+ Kejenuhan Al (%) (%) (ppm) (me/100 g tanah) (%) (me/100 g tanah) (%) 1 MK (Sekambing Muara) 3.30 15.37 0.31 49.12 50.45 20.76 3.19 4.36 1.09 94.36 31.41 2.33 2.68 7.56 2 KM (Sekambing Muara) 5.25 16.20 0.35 46.38 58.30 35.94 3.24 5.81 1.08 162.55 28.84 1.76 0.27 6.18 3 MSK (Sekambing Muara) 5.00 19.14 0.40 47.60 76.45 30.43 3.19 5.31 1.04 192.51 21.06 1.81 0.17 8.78 4 MoS (Sekambing Muara) 4.00 21.55 0.65 38.95 51.55 30.99 3.21 6.02 1.06 165.66 25.89 1.95 3.27 7.51 5 BL (Sekambing Baltim) 4.70 16.34 0.29 55.55 38.90 30.00 3.18 4.89 1.04 139.49 28.05 1.54 0.11 5.49 6 BLT (Sekambing Baltim) 4.45 16.70 0.30 55.79 62.75 27.40 3.18 5.12 1.04 199.09 18.44 1.91 0.25 10.44 7 BLM (Sekambing Baltim) 1.95 20.72 0.40 52.14 64.80 32.62 3.19 0.67 1.04 144.69 26.03 23.30 25.72 86.40 8 SEPG (Pagung) 6.40 17.39 0.41 42.16 52.85 45.53 3.17 5.34 1.08 267.03 21.71 1.72 0.74 8.04 9 SPG (Pagung) 5.25 22.81 0.52 45.60 96.55 26.74 3.18 4.67 1.07 114.24 30.90 1.75 0.09 5.66 10 SPGN (Pagung) 5.10 15.58 0.27 59.59 91.90 42.21 3.19 5.31 1.06 225.76 22.81 1.51 0.07 6.63 11 SSPG (Pagung) 6.50 18.72 0.46 40.35 54.40 47.19 3.22 5.98 1.12 430.42 13.66 1.96 0.09 14.37 12 SKG (Sekangat) 4.40 5.85 0.15 39.69 38.40 13.37 3.14 2.90 1.06 107.18 18.99 1.61 0.63 8.42 13 SKGN (Sekangat) 5.00 12.60 0.43 32.48 90.25 19.05 3.18 4.08 1.07 106.98 25.66 1.79 0.51 7.04 14 SGT (Sekangat) 5.15 10.07 0.35 28.98 46.85 17.65 3.27 3.72 1.10 66.18 39.00 1.64 0.07 4.20 15 SSGT (Sekangat) 6.35 13.09 0.34 38.71 30.30 50.04 3.23 5.80 1.11 160.99 39.37 1.66 0.11 4.26 16 SBU (Sekambing Bulu) 1.90 11.83 0.17 69.55 37.80 20.29 3.17 0.49 1.01 86.57 28.55 21.68 29.09 76.80 17 SKC (Sekambing Cina) 4.35 15.48 0.37 44.28 35.60 31.11 3.29 5.77 1.08 234.03 17.61 1.89 0.66 10.74 18 SKB (Sekambing Beruang) 5.25 3.39 0.20 21.50 47.95 13.19 3.15 3.40 1.04 83.69 24.91 1.28 0.80 5.10 19 TJL (Tanjung Laut) 4.90 13.21 0.30 43.56 36.85 31.47 3.25 5.53 1.10 144.53 28.61 1.76 0.95 6.14 21 BRP (Berbas Pantai) 5.60 10.23 0.26 39.63 26.00 24.07 3.19 4.20 1.09 113.01 28.88 1.61 0.09 5.63 28 SCK (Pulau Siaca) 8.00 2.37 0.08 28.19 2.30 63.28 3.19 2.79 1.10 229.06 30.86 1.37 0.00 4.44 “tudi Karakteristik Ta..ah … Makhrawie 62 Lanjutan Tabel 3: No Titik Pengamatan Salinitas Sulfat Larut SAR ESP Kelas Tekstur Kisaran Suhu Air - Surut Kisaran Suhu Air-Pasang (mmhos/cm) (%) (%) (oC) (oC) 1 MK (Sekambing Muara) 73.40 0.87 0.31 3.46 LS - SL 2 KM (Sekambing Muara) 90.50 0.72 0.24 3.77 SL - SCL 28.50 - 39.80 42.00 - 43.90 3 MSK (Sekambing Muara) 102.10 0.98 0.25 4.98 SL - SCL 4 MoS (Sekambing Muara) 79.25 1.30 0.26 4.21 SCL - SCL 5 BL (Sekambing Baltim) 66.05 0.80 0.26 3.71 LS - LS 6 BLT (Sekambing Baltim) 79.15 0.98 0.27 5.62 LS - SL 27.70 - 38.80 41.70 - 43.70 7 BLM (Sekambing Baltim) 87.95 1.56 0.24 3.99 SL - SL 8 SEPG (Pagung) 74.45 0.83 0.22 5.05 SL - SL 9 SPG (Pagung) 77.15 0.52 0.28 3.45 LS - LS 10 SPGN (Pagung) 52.00 0.46 0.22 4.64 LS - LS 39.50 - 41.40 35.10 - 40.80 11 SSPG (Pagung) 101.65 1.17 0.23 8.20 SL - SCL 12 SKG (Sekangat) 40.65 0.75 0.37 5.64 S - S 13 SKGN (Sekangat) 55.40 0.53 0.32 4.19 S - S 28.60 - 29.80 30.30 - 31.80 14 SGT (Sekangat) 51.85 0.57 0.34 2.84 S - S 15 SSGT (Sekangat) 70.55 0.93 0.22 2.88 LS - SL 16 SBU (Sekambing Bulu) 38.95 1.44 0.30 3.54 L - SL 27.70 - 38.80 41.70 - 43.70 17 SKC (Sekambing Cina) 83.70 1.02 0.26 6.11 L - L 42.20 - 43.90 42.50 - 44.30 18 SKB (Sekambing Beruang) 29.65 0.42 0.36 4.17 SL - LS 42.20 - 43.90 42.50 - 44.30 19 TJL (Tanjung Laut) 67.85 0.90 0.26 3.83 LS - LS 30.20 - 31.50 30.20 - 30.50 21 BRP (Berbas Pantai) 56.80 0.66 0.30 3.87 S - LS 29.00 - 31.50 30.00 - 30.80 28 SCK (Pulau Siaca) 33.55 0.27 0.19 3.56 SCL - SCL 29.90 - 33.10 30.00 - 32.90 Keterangan : S = pasir, LS = Pasir berlempung, SL = Lempung berpasir, SCL = Lempung liat berpasir, L = Lempung, CL = Lempung berliat, C = liat Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1, Maret 2013 ISSN : 1412 – 6885 63 Karakteristik Tanah dibawah Jenis Hutan Bakau dan Tingkat Kerusakan Hutan Bakau Berbeda Dari rata-rata karakteristik tanah menurut klasifikasi jenis hutan bakau, menunjukkan bahwa rata-rata karakteristik atau kandungan hara tanah adalah cukup besar pada tanah di bawah komposisi hutan bakau campuran dibanding tanah dengan vegetasi bakau tunggal atau tanpa vegetasi bakau. Tanah di bawah komposisi hutan bakau campuran antara Rhizophora mucronata dengan Bruguiera gymnorhyza, Rhizophora apiculata dan Sonneratia cassiolaris (tidak rusak) dan campuran antara Ceriops tagal dengan jenis bakau lainnya seperti Lumnitzera littoria, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Sonneratia cassiolaris, Xylocarpus granatum dan Ceriops tagal (kerusakan ringan sampai berat oleh kegiatan penduduk) menunjukkan kandungan nyata rata-rata hara tanah yang besar (Tabel 4). Rata-rata kandungan nyata hara tanah yang terkecil terdapat pada lokasi Sekambing Beruang (SKB) dan Sekambing Cina (SKC) yang mengalami kerusakan bakau ekstrim berat (tidak ada bakau tumbuh) karena pengaruh air panas. Pada kedua lokasi ini, rata-rata pH (4.80), C organik (9.43 %), N total (0.28 %), rasio C dan N (32.89), kandungan Ca (22.15 me/100 g tanah), kandungan Na (1.06 me/100 g tanah) dan KTK (21.26 me/100 g tanah) adalah kandungan terkecil dibanding jenis tanah pada lokasi lainnya. Rata-rata kandungan hara tanah menurut klasifikasi sumber kerusakan yang berasal dari air panas kanal pembuangan dan oleh kegiatan penduduk sulit digambarkan secara tegas, karena terbatasnya frekuensi pengambilan sampel tanah. “tudi Karakteristik Ta..ah … Makhrawie 64 Tabel 4. Karakteristik Tanah Dibawah Jenis Hutan Bakau dan Tingkat Kerusakan Hutan Bakau yang Berbeda No Titik Pengamatan pH H2O C organik N total C/N P tersedia Ca+2 Mg+2 K+ Na+ KB KTK Al+3 H+ Kej. Al Salinitas (%) (%) (ppm) (me/100 g tanah) (%) (me/100 g tanah) (%) (mmhos/cm) 1 KM (Sekambing Muara) 5.25 16.20 0.35 46.38 58.30 35.94 3.24 5.81 1.08 100.00 28.84 1.76 0.27 6.18 90.50 2 MSK (Sekambing Muara) 5.00 19.14 0.40 47.60 76.45 30.43 3.19 5.31 1.04 100.00 21.06 1.81 0.17 8.78 102.10 3 BL (Sekambing Baltim) 4.70 16.34 0.29 55.55 38.90 30.00 3.18 4.89 1.04 100.00 28.05 1.54 0.11 5.49 66.05 4 BLT (Sekambing Baltim) 4.45 16.70 0.30 55.79 62.75 27.40 3.18 5.12 1.04 100.00 18.44 1.91 0.25 10.44 79.15 5 SEPG (Pagung) 6.40 17.39 0.41 42.16 52.85 45.53 3.17 5.34 1.08 100.00 21.71 1.72 0.74 8.04 74.45 6 SSPG (Pagung) 6.50 18.72 0.46 40.35 54.40 47.19 3.22 5.98 1.12 100.00 13.66 1.96 0.09 14.37 101.65 7 SBU (Sekambing Bulu) 1.90 11.83 0.17 69.55 37.80 20.29 3.17 0.49 1.01 86.57 28.55 21.68 29.09 76.80 38.95 8 BRT (Berbas Tengah) 4.40 15.13 0.40 37.32 19.00 35.15 3.21 5.23 1.11 100.00 18.44 1.88 1.06 10.15 61.20 9 LPG (Dekat Lapangan Golf) 5.65 11.12 0.27 40.84 10.65 62.07 3.24 4.82 1.11 100.00 29.11 1.47 0.04 5.10 51.60 10 LPGF (Dekat Lapangan Golf) 6.50 14.91 0.35 42.16 20.40 48.66 3.17 6.86 1.09 100.00 30.72 1.61 0.02 5.28 66.75 11 L25L (Lokasi 25 Ha Bakau) 4.35 18.66 0.56 36.68 25.30 35.01 3.26 7.20 1.11 100.00 35.87 2.14 0.30 5.94 88.50 12 MoS (Sekambing Muara) 4.00 21.55 0.65 38.95 51.55 30.99 3.21 6.02 1.06 100.00 25.89 1.95 3.27 7.51 79.25 13 MK (Sekambing Muara) 3.30 15.37 0.31 49.12 50.45 20.76 3.19 4.36 1.09 94.36 31.41 2.33 2.68 7.56 73.40 14 BLM (Sekambing Baltim) 1.95 20.72 0.40 52.14 64.80 32.62 3.19 0.67 1.04 100.00 26.03 23.30 25.72 86.40 87.95 15 SKG (Sekangat) 4.40 5.85 0.15 39.69 38.40 13.37 3.14 2.90 1.06 100.00 18.99 1.61 0.63 8.42 40.65 16 SGT (Sekangat) 5.15 10.07 0.35 28.98 46.85 17.65 3.27 3.72 1.10 66.18 39.00 1.64 0.07 4.20 51.85 17 SSGT (Sekangat) 6.35 13.09 0.34 38.71 30.30 50.04 3.23 5.80 1.11 100.00 39.37 1.66 0.11 4.26 70.55 18 L25M (Lokasi 25 Ha Bakau) 5.85 16.85 0.46 35.97 8.95 49.88 3.22 7.24 1.12 100.00 19.69 2.20 0.59 11.23 93.90 19 L25H (Lokasi 25 Ha Bakau) 4.05 16.79 0.38 44.04 8.55 37.93 3.30 6.34 1.14 100.00 19.68 2.68 4.59 13.99 83.15 20 SCK (Pulau Siaca) 8.00 2.37 0.08 28.19 2.30 63.28 3.19 2.79 1.10 100.00 30.86 1.37 0.00 4.44 33.55 21 TJL (Tanjung Laut) 4.90 13.21 0.30 43.56 36.85 31.47 3.25 5.53 1.10 100.00 28.61 1.76 0.95 6.14 67.85 22 BRP (Berbas Pantai) 5.60 10.23 0.26 39.63 26.00 24.07 3.19 4.20 1.09 100.00 28.88 1.61 0.09 5.63 56.80 23 SPG (Pagung) 5.25 22.81 0.52 45.60 96.55 26.74 3.18 4.67 1.07 100.00 30.90 1.75 0.09 5.66 77.15 24 SPGN (Pagung 5.10 15.58 0.27 59.59 91.90 42.21 3.19 5.31 1.06 100.00 22.81 1.51 0.07 6.63 52.00 25 SKGN (Sekangat) 5.00 12.60 0.43 32.48 90.25 19.05 3.18 4.08 1.07 100.00 25.66 1.79 0.51 7.04 55.40 Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1, Maret 2013 ISSN : 1412 – 6885 65 No Titik Pengamatan pH H2O C organik N total C/N P tersedia Ca+2 Mg+2 K+ Na+ KB KTK Al+3 H+ Kej. Al Salinitas (%) (%) (ppm) (me/100 g tanah) (%) (me/100 g tanah) (%) (mmhos/cm) 26 BNR (Banaran) 4.05 14.38 0.38 39.88 10.50 24.40 3.21 4.22 1.07 100.00 31.32 2.33 1.90 7.43 70.05 27 SKC (Sekambing Cina) 4.35 15.48 0.37 44.28 35.60 31.11 3.29 5.77 1.08 100.00 17.61 1.89 0.66 10.74 83.70 28 SKB (Sekambing Beruang) 5.25 3.39 0.20 21.50 47.95 13.19 3.15 3.40 1.04 83.69 24.91 1.28 0.80 5.10 29.65 Lanjutan Tabel 4: No Titik Pengamatan Sulfat Larut (%) SAR ESP (%) Kelas Tekstur Jenis Bakau Kondisi Pertumbuhan Mintakat Bakau 1 KM (Sekambing Muara) 0.72 0.24 3.77 SL - SCL Ra Rusak ringan, air panas I 2 MSK (Sekambing Muara) 0.98 0.25 4.98 SL - SCL Ra Rusak ringan, air panas I 3 BL (Sekambing Baltim) 0.80 0.26 3.71 LS - LS Ra Depan rusak berat, air panas I 4 BLT (Sekambing Baltim) 0.98 0.27 5.62 LS - SL Ra Depan rusak sedang, air panas I 5 SEPG (Pagung) 0.83 0.22 5.05 SL - SL Ra Rusak ringan, penduduk I 6 SSPG (Pagung) 1.17 0.23 8.20 SL - SCL Ra Rusak sedang-berat, penduduk I 7 SBU (Sekambing Bulu) 1.44 0.30 3.54 L - SL Ra Rusak berat-sangat berat, air panas II 8 BRT (Berbas Tengah) 1.07 0.26 6.03 LS - SL Ra Rusak sedang-berat, penduduk I 9 LPG (Dekat Lapangan Golf) 0.42 0.19 3.82 SL - SL Ra Tidak rusak I 10 LPGF (Dekat Lapangan Golf) 0.70 0.22 3.57 L - L Ra Tidak rusak I 11 L25L (Lokasi 25 Ha Bakau) 1.16 0.25 3.08 CL - SL Ra Tidak rusak I 12 MoS (Sekambing Muara) 1.30 0.26 4.21 SCL - SCL Ra (d), Lm, Ct Depan rusak sedang, air panas I/II 13 MK (Sekambing Muara) 0.87 0.31 3.46 LS - SL Ra (d), Lm, Ct Rusak sedang, air panas II 14 BLM (Sekambing Baltim) 1.56 0.24 3.99 SL - SL Ra (d), Ct Depan rusak sangat berat, air panas I/II 15 SKG (Sekangat) 0.75 0.37 5.64 S - S Ra (d), Rm Rusak ringan, alamiah I 16 SGT (Sekangat) 0.57 0.34 2.84 S - S Ra (d), Rm Tidak rusak I 17 SSGT (Sekangat) 0.93 0.22 2.88 LS - SL Ra (d), Rm Rusak ringan, penduduk II 18 L25M (Lokasi 25 Ha Bakau) 1.27 0.23 5.69 C - SCL Rm (d), Bg Tidak rusak I “tudi Karakteristik Ta..ah … Makhrawie 66 No Titik Pengamatan Sulfat Larut (%) SAR ESP (%) Kelas Tekstur Jenis Bakau Kondisi Pertumbuhan Mintakat Bakau 19 L25H (Lokasi 25 Ha Bakau) 1.28 0.25 5.83 SL - SCL Rm (d), Bg Tidak rusak I 20 SCK (Pulau Siaca) 0.27 0.19 3.56 SCL - SCL Rm (d), Ra, Sn, Bg Tidak rusak I 21 TJL (Tanjung Laut) 0.90 0.26 3.83 LS - LS Rm (luar), Ra (dalam) Tidak rusak I 22 BRP (Berbas Pantai) 0.66 0.30 3.87 S - LS Ra, Sn, Xy, Rm, Ct, Lm Rusak berat, penduduk dan alamiah I 23 SPG (Pagung) 0.52 0.28 3.45 LS - LS Ct (d), Lm Rusak ringan, tambak penduduk I 24 SPGN (Pagung 0.46 0.22 4.64 LS - LS Ct (d), Lm Rusak ringan, tambak penduduk II 25 SKGN (Sekangat) 0.53 0.32 4.19 S - S Ct (d), Lm, Ra, Rm Rusak sedang, tambak penduduk II 26 BNR (Banaran) 1.23 0.29 3.40 LS - SL Ra, Ct, Lm Rusak ringan, penduduk II 27 SKC (Sekambing Cina) 1.02 0.26 6.11 L - L Tidak ada bakau hidup Rusak ekstrim berat, air panas II 28 SKB (Sekambing Beruang) 0.42 0.36 4.17 SL - LS Tidak ada bakau hidup Rusak ekstrim berat, air panas I Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1, Maret 2013 ISSN : 1412 – 6885 67 Variabilitas dan Status Kesuburan Tanah Hutan Bakau 1. Variabilitas Karakteristik Tanah Dari 28 titik pengamatan tanah (56 jumlah sampel tanah) menunjukkan bahwa variabilitas tanah terbesar terjadi pada fosfor tersedia, yang diikuti oleh salinitas dan kejenuhan aluminium, sedang yang variabilitas tanah yang kecil terjadi pada kandungan basa natrium, magnesium dan kandungan SAR (Tabel 5). Dilihat dari pola distribusi normal secara grafikal, distribusi fosfor, magnesium, kejenuhan aluminium dan SAR adalah condong positif sedang salinitas, natrium adalah condong negatif. Ratarata kandungan fosfor tertinggi (96.55 ppm) terdapat pada tanah di lokasi Pagung/SPG, yang ditumbuhi oleh jenis bakau Ceriops tagal dengan tingkat kerusakan ringan (oleh tambak penduduk). Sementara itu, kandungan salinitas tertinggi (102.10 mmhos/cm) terdapat pada tanah di lokasi Sekambing Muara/MSK yang didominasi oleh jenis bakau Rhizophora apiculata dengan tingkat kerusakan ringan (oleh air panas). Kandungan kejenuhan aluminium tertinggi (86.40 %) terjadi pada tanah di lokasi Sekambing Baltim/BLM yang dihuni oleh jenis bakau Rhizophora apiculata dan Ceriops tagal yang mana pada bagian luar mengalami kerusakan berat oleh air panas. Tingginya kejenuhan aluminium pada tanah pada lokasi Sekambing Baltim/BLM dapat menjadi faktor penghambat bagi pertumbuhan dan perkembangan vegetasi bakau. Tingginya variabilitas fosfor dan kejenuhan aluminium tanah di antara titik pengamatan kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jenis mineral tanah penyusun atau fraksi liat dari sedimen yang terdeposisi pada zona pasang surut setelah mengalami banjir dan oleh masukan sedimen dari laut dan sungai, sedangkan variabilitas salinitas lebih banyak disebabkan oleh letak posisi dari setiap satuan titik pengamatan terhadap garis pantai dan oleh pengaruh pasang air laut. Tabel 5. Deskripsi karakteristik tanah pada 28 titik pengamatan Karakteristik Tanah Jumlah Titik Pengamatan Minimum Maksimum Rata-rata Simpangan Baku Variasi pH H2O 28 1.90 8.00 4.92 1.30 1.681 Karbon Organik 28 2.37 22.81 14.52 4.93 24.328 Nitrogen Total 28 0.09 0.65 0.35 0.12 0.015 C/N 28 21.50 69.55 42.74 9.91 98.262 Fosfor Tersedia 28 2.30 96.55 42.66 25.97 674.622 Ca+2 28 13.19 63.28 33.80 13.36 178.467 Mg+2 28 3.14 3.30 3.21 0.04 0.002 K+ 28 0.49 7.24 4.79 1.65 2.727 Na+ 28 1.01 1.14 1.08 0.03 0.001 Kapasitas Tukar Kation 28 13.66 39.37 26.29 6.48 42.002 Kejenuhan Basa 28 66.18 100.00 97.53 7.33 53.739 Al+3 28 1.28 23.30 3.29 5.44 29.548 H+ 28 0.00 29.09 2.67 7.08 50.181 “tudi Karakteristik Ta..ah … Makhrawie 68 Karakteristik Tanah Jumlah Titik Pengamatan Minimum Maksimum Rata-rata Simpangan Baku Variasi Kejenuhan Aluminium 28 4.20 86.40 12.82 19.66 386.394 Salinitas 28 29.65 102.10 68.85 19.75 390.128 Sulfat dapat larut 28 0.27 1.56 0.89 0.34 0.114 SAR 28 0.19 0.37 0.26 0.05 0.002 ESP 28 2.84 6.11 4.4 1.23 1.523 2. Status Kesuburan Tanah Bakau dan Faktor Pembatas Kesuburan Tanah Dari rating kesuburan tanah yang disusun berdasarkan sistem PPT Bogor (1983), maka tingkat kesuburan tanah untuk setiap titik pengamatan telah ditetapkan menurut rating KTK, KB, fosfor tersedia dan karbon organik, seperti terlihat pada Tabel 6. Hampir seluruh lokasi pengamatan menunjukkan tingkat kesuburan tanah tinggi hingga sangat tinggi, kecuali lokasi 25 Ha hutan bakau (L 25 M dan L 25 H) yang menunjukkan status kesuburan rendah dan lokasi Pulau Siaca (SCK) yang menunjukkan status kesuburan sedang. Rendahnya status kesuburan tanah pada lokasi 25 Ha hutan bakau (terioslir) terutama disebabkan oleh sangat rendahnya kandungan fosfor tersedia yang menjadi faktor pembatas kesuburan tanah. Rendahnya ketersediaan fosfor tanah pada lokasi L 25 M dan L 25 H lebih banyak disebabkan oleh tingginya kandungan Ca yang menjadi penyebab terfiksasinya P menjadi bentuk sukar larut/tidak tersedia. Pada lokasi Pulau Siaca (SCK), faktor pembatas kesuburan tanah tidak saja disebabkan oleh ketersediaan P yang sangat rendah, juga disebabkan oleh kandungan N total yang sangat rendah (0.08 %). Seperti 2 lokasi di 25 Ha hutan bakau (terisolir), sangat rendahnya ketersediaan P tanah pada lokasi Pulau Siaca juga disebabkan oleh terfiksasinya P oleh kalsium, dimana pada lokasi ini kandungan kalsium tanah adalah yang paling tinggi di antara jenis tanah lainnya. Status kesuburan tanah lokasi Pagung (SSPG) yang tinggi dibatasi oleh faktor pembatas kesuburan tanah KTK yang rendah (13.66 me/100 g tanah). Faktor pembatas kesuburan tanah pada lokasi Sekambing Beruang (SKB) ditentukan oleh rendahnya kandungan N total (0.20 %). Sementara itu untuk lokasi studi dekat lapangan golf (LPG dan LPGF), faktor pembatas kesuburan tanah disebabkan oleh kandungan P tanah tersedia yang relatif rendah. Rendahnya status kesuburan tanah pada lokasi-lokasi dimaksud di atas sedikit banyak akan mempengaruhi regenerasi alamiah hutan bakau untuk masa-masa akan datang, terutama bila karaktersitik tanah yang terlampau tinggi atau terlampau rendah yang berada di luar tingkat toleransi atau diluar daya adaptasi tanaman bakau tidak segera diperbaiki. Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1, Maret 2013 ISSN : 1412 – 6885 69 Tabel 6. Status Kesuburan Tanah Hutan Bakau di Kota Bontang No Titik Pangamatan KTK (me/100 g) KB (%) Fosfor tersedia (ppm) Karbon Organik (%) Status Kesuburan 1 MK (Sekambing Muara) T ST ST ST ST 2 KM (Sekambing Muara) T ST ST ST ST 3 MSK (Sekambing Muara) S ST ST ST ST 4 MoS (Sekambing Muara) T ST ST ST ST 5 BL (Sekambing Baltim) T ST ST ST ST 6 BLT (Sekambing Baltim) S ST ST ST ST 7 BLM (Sekambing Baltim) T ST ST ST ST 8 SEPG (Pagung) S ST ST ST ST 9 SPG (Pagung) T ST ST ST ST 10 SPGN (Pagung S ST ST ST ST 11 SSPG (Pagung) R ST ST ST T 12 SKG (Sekangat) S ST ST ST ST 13 SKGN (Sekangat) T ST ST ST ST 14 SGT (Sekangat) T T ST ST ST 15 SSGT (Sekangat) T ST T ST ST 16 SBU (Sekambing Bulu) T ST ST ST ST 17 SKC (Sekambing Cina) S ST ST ST ST 18 SKB (Sekambing Beruang) S ST ST T T 19 TJL (Tanjung Laut) T ST ST ST ST 20 BNR (Banaran) T ST R ST T 21 BRP (Berbas Pantai) T ST T ST ST 22 BRT (Berbas Tengah) S ST S ST T 23 LPG (Dekat Lapangan Golf) T ST R ST T 24 LPGF (Dekat Lapangan Golf) T ST S ST T 25 L25L (Lokasi 25 Ha Bakau) T ST T ST ST 26 L25M (Lokasi 25 Ha Bakau) S ST SR ST R 27 L25H (Lokasi 25 Ha Bakau) S ST SR ST R 28 SCK (Pulau Siaca) T ST SR S S Keterangan: SR = Sangat Rendah; R = Rendah; S = Sedang; T = Tinggi; dan ST = Sangat Tinggi KESIMPULAN 1. Jenis yang terdapat pada lokasi penelitian umumnya menunjukkan jenis tanah yang belum berkembang, meliputi great group Tropofluvents dan Tropopsamments. Great group Tropofluvents yang terdapat di zona I dan II hutan bakau. 2. Salinitas memperlihatkan hubungan berbanding lurus dengan kandungan sulfat tanah (r = 0,55), sedangkan pH H2O tanah memperlihatkan hubungan terbalik dengan rata kandungan sulfat dapat larut (r= -0.62). KTK tanah mempunyai hubungan negatif tinggi dengan ESP (r = -0.93). Rata-rata kisaran salinitas tinggi terjadi pada lokasi studi 25 Ha hutan bakau (terisolir), Muara Sekambing dan Pagung (Sekambing Tengah), sementara lokasi dekat lapangan “tudi Karakteristik Ta..ah … Makhrawie 70 golf dan Pagung menunjukkan ratarata kisaran pH H2O tanah yang tinggi. Kisaran rata-rata sulfat tanah tinggi terdapat pada lokasi studi 25 Ha hutan bakau (terisolir), Sekambing Baltim dan Sekambing Muara. Sementara lokasi studi Sekangat dan Sekambing Muara memperlihatkan kisaran nilai ratarata SAR yang tinggi. 3. Karakteristik tanah pada lokasi sepanjang dan sekitar kanal air panas sedikit banyak dipengaruhi oleh suhu air, khususnya pada daerah tergenang (flooding area) dan daerah rawa belakang (backswamp area) yang menerima pengaruh masuknya air panas dari kanal pembuangan air panas pada saat pasang naik. 4. Rata-rata kandungan nyata hara tanah yang terkecil terdapat pada lokasi Sekambing Beruang (SKB) dan Sekambing Cina (SKC) yang mengalami kerusakan bakau ekstrim berat (tidak ada bakau tumbuh) karena air panas dari kanal pembuangan. Pada kedua lokasi ini, rata-rata pH (4.80), C organik (9.43 %), N total (0.28 %), rasio C dan N (32.89), kandungan Ca (22.15 me/100 g tanah), kandungan Na (1.06 me/100 g tanah) dan KTK (21.26 me/100 g tanah) adalah kandungan terkecil dibanding jenis tanah pada lokasi lainnya. 5. Hampir seluruh lokasi pengamatan menunjukkan tingkat kesuburan tanah tinggi hingga sangat tinggi, kecuali lokasi 25 Ha hutan bakau (L 25 M dan L 25 H) dengan status kesuburan rendah dan lokasi Pulau Siaca (SCK) dengan status kesuburan sedang. DAFTAR PUSTAKA ISSS, ISRIC dan FAO, 1994. World Reference Base for Soil Resources. Wagingen, Rome. Soil Survey Staff. 1994. Keys of Soil Taxonomy. Agency for International Development USDA, Soil Management Support Services. Pusat Penelitian Tanah Bogor. 1983. Jenis dan Macam tanah di Indonesia untuk Keperluan Survei dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Publ. No. 59a/1983. Bogor.