EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AKTIVATOR MOL DARI SAMPAH SAYUR KOL DAN EM4 PADA PENGOMPOSAN KIRINYUH (Chromolaena odorata L) DENGAN METODE SEMI ANAEROB
Abstract
Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan berdampak kepada kesehatan masyarakat. Tumpukan sampah yang berasal dari sisa buah-buahan dan/atau sayuran jarang dimanfaatkan oleh masyarakat, karena sudah tidak layak untuk makanan ternak. Biasanya sampah sayuran hanya dibiarkan saja, sehingga menimbulkan aroma yang kurang sedap bagi kebersihan lingkungan dan dapat mengganggu kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan efektivitas penggunaan MOL dari sampah sayur kol dan EM4 sebagai aktivator pada pengomposan kirinyuh. Pada pembuatan kompos memanfaatkan sayur kol sebagai sumber MOL dari sisa kegiatan sehari-sehari manusia yang kurang bermanfaat dan mengetahui kandungan hara yang terkandung di dalam kompos kirinyuh serta mengetahui efisiensi penggunaan aktivator MOL dan EM4 pada proses pengomposan kirinyuh. Informasi dari MOL serta kandungan hara kirinyuh diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memerlukan dengan pengolahan yang profesional agar sampah organik serta gulma bisa diolah dan menghasilkan sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai ekonomis. Proses pengomposan dengan aktivator EM4 menghasilkan kompos sebanyak 41 kg (58,57%) dan pengomposan dengan aktivator MOL menghasilkan kompos sebanyak 45 kg (64,28%) dengan parameter yang diamati meliputi warna, bau, suhu, pH, kadar unsur hara N, P, K, Mg dan kadar C-organik. Hasil analisis kualitas kompos kirinyuh dengan metode semi anaerob menggunakan aktivator EM4 dan aktivator MOL memenuhi standard SNI 19-7030-2004 yaitu bertekstur halus, berwarna cokelat kehitam-hitaman dan berbau tanah.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Dewilda, Y. dan Apris, I. (2016). Studi Optimasi Kematangan Kompos dari Sampah Organik dengan Penambahan Bioaktivator Limbah Rumen dan Air Lindi. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan. Padang, 19 Oktober 2016. p. 95 – 100.
Fadhilah, A., Sugianto, H. Kuncoro, H. Firmandhani, S. Murtini, T.W. Pandelaki, E. (2011). Kajian Pengelolaan Sampah Kampus Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Vol. 11 No. 2.
FAO. (2006). Alien Invasive Species: Impacts on Forests and Forestry- A Review.
http://www.fao.org//docrep/008/ j6854e/j6854e00.htm.
Firdausi dan Muslihatun. (2016). Jurnal Pengaruh Kombinasi Media Pembawa Pupuk Kompos Hayati Pelarut Fosfat Terhadap pH dan Unsur Hara fosfor Dalam Tanah. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Jurnal Sains Dan Seni ITS Vol. 5. NO. 2 (2016)2337-3520
Jamilah. (2008). Mencari Sumber Pupuk Organik. Http://repository.su.ac.id/beisteram/123456789/1133/1/tanah-jamilah.pdf.
Marjenah. (2018). Manajemen Pembibitan. Edisi Revisi 2. Mulawarman University Press. Samarinda.
Marjenah dan Simbolon, J. (2021). Pengomposan Eceng Gondok (Eichornia crassipes SOLMS) dengan Metode Semi Anaerob dan Penambahan Aktivator EM4. Jurnal AGRIFOR Vol. XX No. 2. Oktober 2021. p. 257 – 270.
Pandebesie, E.S. dan Rayuanti, D. (2013). Pengaruh Penambahan Sekam Pada Proses Pengomposan Sampah Domestik. Jurnal Lingkungan Tropis, 2013, 6(1), 31 – 40.
Sriharti dan Salim, T. (2010). Pemanfaatan Sampah Taman (Rumput-rumputan) untuk Pembuatan Kompos. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. Yogyakarta, 26 Januari 2010. p. 1 – 8.
Yuniwati, M., Iskarima, dan Adiningsih. (2012). Optimasi Kondisi Pembuatan Kompos Dari Sampah Organik Dengan Cara Fermentasi menggunakan EM4. Jurnal Teknologi 5(2):75-80.
Yuwono, D. (2005). Kompos Dengan Cara Aerob Maupun Anaerob, Untuk Menghasilkan Kompos Berkualitas. Jakarta.
DOI: https://doi.org/10.31293/agrifor.v22i1.6186
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2023 Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan
AGRIFOR : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.