IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI (KBKT) 4.1 TENTANG KAWASAN ATAU EKOSISTEM YANG PENTING SEBAGAI PENYEDIA AIR DAN PENGENDALIAN BANJIR DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DESA MIAU BARU

Heru Herlambang, Prayoga Adi Wiranto, Ali Suhardiman

Abstract


KBKT 4.1 adalah suatu kawasan atau areal hutan yang dianggap penting karena memiliki nilai konservasi tinggi khususnya sebagai kawasan penyedia air dan pengendalian banjir. Nilai konservasi tinggi merupakan suatu nilai ekologis dan lingkungan, sosial ekonomi, budaya, keanekaragaman hayati, dan bentangan alam yang melekat pada skala nasional, global maupun internasional dianggap penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifiksi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Desa Miau Baru, berdasarkan penilaian masyarakat desa terhadap kawasan-kawasan yang dianggap penting. Dari penelitian ini diharapkan tersedia informasi terkait kawasan-kawasan penyedia air dan daerah pengendalian banjir untuk Desa Miau Baru. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menggunakan aplikasi ArcGIS PRO bahwa tutupan lahan di Desa Miau Baru didominasi oleh Perkebunan dengan luas 42.740,91 Ha atau 46,1 % dari luas administrasi desa yang dimana keberadaan tutupan hutan, habitat satwa serta kawasan hidrologi didalamnya semakin terancam. Terdapat 4 kawasan yang memiliki peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan air dan kawasan pengendalian banjir bagi masyarakat, diantaranya: Hutan Konservasi Sungai Mejeng (1.432,98 Ha), Bendungan Pesap (160,94 Ha), Zona Penyangga Sungai 100 meter (798,95 Ha) dan Zona Penyangga Sungai 50 meter (523,75 Ha).


Keywords


KBKT 4.1, Desa Miau Baru

Full Text:

PDF

References


Afriyani D., Kroeze C., Saad A., 2016. Indonesia palm oil production without deforestation and peat conversion by 2050. Science of the Total Environment 557–558 (2016) 562–570.

Aronoff, 1989. Geographic Information Sistem: A Management Perpective, Ottawa, Canada: WDL Publication.

Ardiansyah H. D, Prabowo A. Nugroho dan J. Palapa, 2002. Modul Pengenalan GIS, GPS dan Remote Sensing. Departement GIS, Forest Watch Indonesia. Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 2017. Data Jumlah Penduduk Desa Miau Baru Tahun 2017. http://www.bps.go.id/ .html. Diakses pada 22 Agusutus 2021.

Badan Pusat Statistik, 2019. Data Curah Hujan Kabupaten Kutai Timur Tahun 2019. http://www.bps.go.id/ .html. Diakses pada 22 November 2020.

Barus B, 1999. Pemetaan Bahaya Longsoran Berdasarkan Klasifikasi Statistik Peubah Tunggal Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) Studi Kasus Daerah Ciawi-Puncak-Pacet Jawa Barat. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 2:7-16.

Bennett A., Ravikumar A., Cronkleton P. 2018. The effects of rural development policy on land rights distribution and land use scenarios: The case of oil palm in the Peruvian Amazon. Land Use Policy 70 (2018) 84-93

Daryatun, Anne G, Sigit H, Jeffrey H, Marc H, Jim J, Ben J, Steve J, Neil J, Darrel K, Dwi RM, Edward P, Alan P, Diah R, Niken S, Tony S, Doug S, Sugardjito. 2003. Mengidentifikasi, Mengelola dan Memantau Hutan Dengan Nilai Konservasi Tinggi: Sebuah Toolkit untuk Pengelola Hutan dan Pihak – Pihak Terkait lainnya. Rainforest Alliance dan Proforest kerjasama WWF dam IKEA untuk Proyek – Proyek Hutan.

Dewi S. Afrita. Buku Penutupan Lahan. Direktorat IPSDH, Dirjen PKTL, KLHK Tahun 2020.

Febriana I. 2004. Identifikasi dan Pemetaan Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus Kawasan Gunung Mandalawangi, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut). Bogor. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.

Fitzherbert E.B., Struebig M.J., Morel A., Danielsen F., Bruhl C.A., Donald P.F., Phalan B. 2008. How will oil palm expansion affect biodiversity?. CE Press: Trends in Ecology and Evolution Vol.23 No.10

HCV Resource Network. 2013. Panduan Umum untuk Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi. Bahasa Indonesia. Buku Panduan Praktis Identifikasi NKT. Oxford, Inggris.

HCV RSPO Indonesian Working Group, 2009. Panduan Pengelolaan dan Pemantauan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) untuk Produksi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan di Indonesia. Jakarta.

Hidayah N. 2016. Perubahan lanskap ekologi taman nasional Tesso Nilo dan sistem sosial ekonomi masyarakat lokal akibat ekspansi kelapa sawit di Riau.Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia, 2009. Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia. Jakarta (ID): Tropenbos International Indonesia Programme.

Maesano M, Giongo Alves MV, Ottaviano M, Marchetti M. 2011. National-scale analysis for the identification of High Conservation Value Forests (HCVFs). Forest@ 8: 22–34. [online: 2011-02-17] URL: http://www.sisef.it/forest@/

Nuraida., L. M. R. dan D. P. T. Baskoro. 2016. Analisis Spasial Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Aspek Jasa Lingkungan Pengendali Erosi dan Sedimentasi (HCV 4.2) dI DAS Ciliwung Hulu. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 6 No. 2 pp. 151-159

PPIIG Unmul. 2017. Laporan Akhir Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi pada Skala Bentang Alam di Provinsi Kalimantan Timur. Pusat Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial Universitas Mulawarman. Samarinda.

Purnamasari D.C, 2007. Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Evaluasi Daerah Rawan Longsor di Kabupaten Banjarnegara (Studi Kasus di Gunung Pawinihan dan sekitarnya Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara). Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Skripsi.

Prahasta E. 2001. Konsep – konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. INFORMATIKA. Bandung.

Risdiyanto, I., Wibowo, A. D., Andri, N., Ganip, G., 2011. Konsep dasar HCV (High Conservation Value). [terhubung berkala]. http://banyumilih.blogspot.com/2011/03/kawasanbernilai-konservasi-tinggi.html [ 20 April 2015].

Setiawan E.N., Maryudi A., Purwanto R.H., Lele G., 2016. Opposing interests in the legalization of nonprocedural forest conversion to oil palm in Central Kalimantan, Indonesia. Land use policy 58 (2016) 472 – 481.

Sinukaban N. (2007). Peranan Konservasi Tanah dan Air dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dalam Fahmudin Agus et al (2007) (Penyunting). Bunga Rampai Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Pengurus Pusat Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia 2004-2007.

Sulistioadi, Y.B., Hussin, Y.A., Sharifi, A. 2010. Identification of high conservation value forest (HCVF) in natural production forest to support implementation of SFM certification in Indonesia using remote sensing and GIS. Department of Natural Resources, The International Institute for Geoinformation Science and Earth Observation (ITC).

Sunderlin WD, IAP Resosudarmo. 1997. Laju dan Penyebab Deforestasi di Indonesia: Penelaahan Kerancuan dan Penyelesaiannya. Bogor: CIFOR.

Susanti A., Maryudi A. 2016. Development narratives, notions of forest crisis, and boom of oil palm plantations in Indonesia. Forest policy and economics 73 (2016) 130-139

Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa kekayaan berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di darat, di perairan maupun di udara yang merupakan modal dasar pembangunan nasional di segala bidang

Wibowo, A. 2009. Pemetaan High Conservation Value Area`s (HCVA`s) dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Skripsi.




DOI: https://doi.org/10.31293/agrifor.v22i2.6499

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2023 Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan

link ke situs budidaya tani

 Creative Commons License
AGRIFOR : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

situs web mitra usaha tani