STUDI HUBUNGAN KECEPATAN DENGAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN RUAS JALAN SAMARINDA-BONTANG
Abstract
Niko Sudrajat Anggoro Cahyo Saputra, Studi Hubungan Kecepatan Dengan Biaya Operasional Kendaraan Ruas Jalan Samarinda-Bontang, di bawah bimbingan Purwanto, ST, MT dan Tukimun, ST, MT
Ruas jalan Samarinda-Bontang merupakan jalan penghubung antara ibukota ke kota/kabupaten yang ada Kalimantan Timur.Ruas jalan ini setiap tahun selalu diperbaiki karena sering mengalami kerusakan di permukaan jalan berjenis aspal. Keterkaitan kerusakan jalan dengan biaya operasi kendaraan berhubungan dengan kecepatan waktu tempuh kendaraan.Biaya operasi kendaraan didefinisikan sebagai biaya yang secara ekonomi terjadi dengan adanya pengoperasian satu jenis kendaraan pada kondisi normal untuk satu tujuan tertentu.Biaya operasi kendaraan adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh pemilik kendaraan baik yang dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Perhitungan BOK akan dilakukan baik di jalan eksisting maupun di jalan yang sudah dilakukan peningkatan jalan dengan menggunakan besarnya kecepatan tempuh.
Hasil analisis kecepatan dengan biaya operasional kendaraan ruas Jalan Samarinda - Bontangdidapat sebagai berikut ;
- Hasil kinerja ruas jalan Samarinda-Bontang didapat ; Kapasitas untuk segmen I = 2648,1 smp/jam, Kapasitas untuk segmen II =2648,1 smp/jam, Derajat kejenuhan segmen I = 0,21 < 0,85, berada pada LoS = B, Derajat kejenuhan segmen II = 0,18 < 0,85, berada pada LoS = A.
- Hasil analisis kecepatan perjalanan di ruas jalan Samarinda-Bontang ; Segmen I = 56,47 km/jam, Segmen II = 55,24 km/jam, Rata-rata Segmen I ditambah Segmen II = 55,86 km/jam
- Kecepatan jalan dengan biaya operasional kendaraan dengan panjang ruas jalan Samarinda-Bontang 117 kilometer didapat ;BOK segmen I= Rp. 315.531,76, BOK segmen II=Rp. 318.897,71, BOK Kecepatan berdasarkan PP RI No 34 tahun 2006 ;Rp. 307.209,72
Keywords
Full Text:
docReferences
Abubakar,dkk.1996, Menuju Lalulintas dan Angkutan Jalan Yang Tertib, Jakarta: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Adolf D. May, 1990, Traffic Flow Fundamentals, University of California,
Berkeley.
Ahmad Munawar, 2004, Manajemen Lalu Lintas Perkotaan, “Beta Offset” Jogjakarta
Alamsyah, Alik, 2005,Rekayasa Lalu lintas, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang
C. Jotin Khisty & B. Kant Kall, 2003,Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi, Jilid 1 dan 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 1997,Manual Kapasitas Jalan Indonesia(MKJI) , Direktorat Jenderal Bina Marga dan Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1999,Rekayasa Lalu lintas (Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Lalu lintas di wilayah Perkotaan), Direktorat Bina sistem Lalu lintas dan Angkutan Kota Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta
Direktorat Jenderal Bina Marga, No. 014/T/BNKT/1990, Tata Cara Perencanaan Pemisah, Direktorat Pembinaan Jalan Kota
Hobbs, F.D, 1995, Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Penerbit Gadjah MadaUniversity Press.
McShane, WR. Roess, R.P, 1990, Traffic Engineering, Prentice-Hall, Inc.
Morlok, E.K., 1998, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, PenerbitErlangga, Jakarta.
Ogleby, C. H and Hick, R.G, 1988,Teknik Jalan Raya, Penerbit Erlangga, Jakarta
Peraturan Pemerintah RI Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya (PPGJR) No 13 1970
Tamin, Ofyar Z, 1997, Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB Bandung,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia No 22 tahun 2009Tentang Lalu lintas dan Angkutan
Warpani, Suwardjoko, 2002,Rekayasa Lalu lintas, Bhratara Aksara, Jakarta
Refbacks
- There are currently no refbacks.
VOL 1. NOMOR 1. AGUSTUS 2012