PERENCANAAN KAWASAN WISATA SENTRAL TENUN DI KAWASAN KAMPUNG TENUN SAMARINDA

FADHEL AL FARISY

Abstract


Pariwisata sudah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat lain dan perkembangannya sesuai dengan sosial budaya masyarakat itu sendiri. Munculnya pariwisata di Indonesia dalam sejarah nusantara, diketahui bahwa kebiasaan mengadakan perjalanan telah dijumpai sejak lama.

Dalam buku Nagara Kartagama, pada abad XIV, raja Hayam Wuruk telah mengelilingi Majapahit dengan diikuti oleh pejabat negara. Ia menjelajahi daerah Jawa Timur dengan mengendarai pedati. Dari sinilah, pariwisata di Indonesia terus berkembang sesuai dengan keadaan politik, sosial dan budaya masyarakatnya. Kemajuan pesat pariwisata di Indonesia tidak terlepas dari usaha yang dirintis sejak beberapa puluh tahun yang lalu. ( Suwena & Ngurah, hal.5, 2017).

Indonesia memiliki berbagai macam tempat wisata, diantaranya adalah wisata laut dan pantai, pegunungan, danau, hutan dan budaya. Salah satu tempat wisata budaya yang ada di Indonesia adalah Kampung Tenun. Kampung Tenun merupakan pusat pengerajin kain tenun yang ada di Kota Samarinda. Kerajinan tenun sarung ini pada mulanya dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi Selatan yang berdiam di kawasan Tanah Rendah atau saat ini adalah Samarinda Seberang sejak tahun 1668 yang menjadi cikal - bakal pendirian Kota Samarinda. Pada tahun 1985 pengerajin kain tenun mulai berkembang di Kawasan Kampung Tenun.

Pada saat itu alat yang digunakan untuk menenun adalah Gedokan. Alat ini terbuat dari bahan kayu dan bambu yang fungsinya untuk mengaitkan benang lungsi. Menenun dengan menggunakan alat gedokan menghasilkan kain tenun yang berkualitas dan memliki nilai jual yang tinggi karena dikerjakan dengan sangat cermat dan teliti namun memakan waktu yang cukup lama dalam proses pembuatannya.

Pada tahun 1980-an hingga saat ini, alat tenun beralih menjadi ATBM atau Alat Tenun Bukan Mesin. Alat ini dapat menghasilkan sebuah kain tenun dalam waktu satu atau dua hari, sehingga pengerajin tenun beralih menggunakan ATBM karena proses pembuatannya terbilang lebih cepat dari alat tenun Gendokan. Namun kualitas kain yang dihasilkan dari ATBM lebih rendah jika dibandingkan dengan kain tenun dari alat gedokan, karena apabila ada benang yang putus maka akan tampak pada kain yang dihasilkan.

Pada tanggal 14 Maret 2012 lalu Kecamatan Samarinda Seberang ditetapkan sebagai Kampung Wisata Tenun Samarinda. Kawasan ini direncanakan sebagai salah satu obyek wisata andalan Kalimantan Timur dan rumah kelahiran dari Sarung Samarinda sendiri dijadikan Cagar Budaya Rumah Adat.

Namun wajah atau ciri khas dari Kampung Tenun itu sendiri masih belum terlihat hingga saat ini. Penanda untuk kawasan wisata Kampung Tenun itu sendiri menggunakan gapura besar yang terletak dekat dengan Jembatan Pasar Sore dan Rumah Adat Cagar Budaya. Letak rumah rumah pengerajin tenun yang diteras rumah nya terdapat ATBM mayoritas berada di dalam gang gang sempit dan boardwalk dari kayu ulin sehingga kurangnya daya tarik wisatawan.

Dari beberapa hasil survey didapat yaitu kurangnya sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan seperti tidak tersedianya area parkir bagi wisatawan yang ingin berkunjung, tidak tersedianya pusat informasi mengenai Kampung Tenun, aksesbilitas air yaitu dermaga tudak memenuhi standar keamanan, kurangnya toilet umum bagi wisatawan, tidak tersedianya pedestrian bagi pengunjung maupun bagi masyarakat sekitar.

Melihat permasalahan yang ada di atas, sehingga pada perencanaan Kawasan Wisata Sentral Tenun akan dibangun prasarana kepariwisataan seperti Galeri, pusat informasi dan tempat pelatihan menenun atau workshop. Menyediakan fasilitas, sarana & prasarana penunjang wisata seperti area parkir, outlet penjualan kain tenun dan pujasera. Wisata Sentral Tenun ini juga dapat menjadi tempat edukasi bagi masyarakat sehingga dapat menarik wisatawan lokal.

Diharapkan dengan adanya Perencanaan Kawasan Wisata Sentral Tenun di Samarinda yang didukung dengan fasilitas ataupun sarana dan prasarana penunjang pariwisata, dapat meningkatkan potensi wisata kampung Kampung Tenun yang juga terhubung dengan sejarah masjid tua Sirathal Mustaqiem damakam Lamohang Daeng Mangkona, dapat memfasilitasi pengunjung yang datang sesuai dengan kebutuhannya, dan juga membawa pengaruh positif terhadap masyarakat Kampung Tenun. Selain itu Perencanaan Kawasan Wisata Sentral Tenun ini juga diharapkan dapat menjadi ikon wisata khas Samarinda.


Full Text:

doc

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


VOL 1. NOMOR 1. AGUSTUS 2012