PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DASAR OPRIT JEMBATAN SUNGAI API-API KEC. SANGKULIRANG DI KABUPATEN KUTAI TIMUR

DINDA BESTARI

Abstract


Tanah dasar merupakan pondasi bagi perkerasan baik perkerasan yang terdapat pada alur lalu-lintas maupun bahu. Dengan demikian tanah dasar merupakan konstruksi terakhir yang menerima beban kendaraan yang disalurkan oleh perkerasan. Pada kasus yang sederhana tanah dasar dapat terdiri atas tanah asli tanpa perlakuan sedangkan pada kasus lain yang lebih umum, tanah dasar terdiri atas tanah asli pada galian atau bagian atas timbunan yang dipadatkan. Tanah dasar sebagai pondasi perkerasan disamping harus mempunyai kekuatan atau daya dukung terhadap beban kendaraan, maka tanah dasar juga harus mempunyai stabilitas volume akibat pengaruh lingkungan terutama air. Tanah dasar yang mempunyai kekuatan dan stabilitas volume yang rendah akan mengakibatkan perkerasan mudah mengalami  deformasi dan retak. Dengan demikian maka perkerasan yang dibangun pada tanah dasar yang lemah dan mudah dipengaruh lingkungan akan mempunyai umur pelayanan yang pendek.

Sebagai prasarana transportasi darat, perkerasan harus mempunyai permukaan yang selalu rata dan kesat, agar para pengguna jalan dapat merasa nyaman dan aman. Karena dibangun pada tanah dasar, maka kinerja perkerasan akan sangat dipengaruhi oleh mutu tanah dasar. Dengan dituntutnya perkerasan yang harus selalu mempunyai permukaan yang rata, maka persyaratan utama yang harus dipenuhi tanah dasar adalah tidak mudah mengalami perubahan bentuk. Tanah dasar yang mengalami perubahan bentuk, baik akibat beban lalu-lintas maupun cuaca, akan mengakibatkan perkerasan mengalami kerusakan seperti bergelombang, alur dan terjadi penurunan.

Pada perencanaan Jalan di daerah Kabupaten Timur di daerah Sangkulirang menghubungkan Desa Sempayau ke Desa Batu Lepoq yang di aliri Sungai bernama Sungai Api-api maka dibangun jembatan yang menghubungkan pusat kegiatan sekunder ke pusat kecamatan untuk melayani transportasi darat.

Konstruksi Jembatan dirancang dengan elevasi lebih tinggi dibandingkan dengan elevasi badan jalan. Untuk mencapai elevasi yang direncanakan, perlu dilakukan penimbunan yang diletakkan diatas tanah dasar di sekitar abutment jembatan yang dinamakan oprit atau approaching bridge. Karena nilai CBR tanah di daerah perencanaan tersebut sangat rendah (2.2%) dibawah standar. Dimana ferifikasi untuk tanah pilihan >6%, dengan data tersebut maka direncanakan oprit dengan menggunakan geotextile sebagai separator dan sebagai perkuatan / tulangan yang dapat dimanfaatkan sebagai perkuatan lereng pada jalan sementara dan permanen.


Full Text:

Doc

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


VOL 1. NOMOR 1. AGUSTUS 2012