PENGARUH PUPUK KANDANG KAMBING DAN PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET OKULASI (Hevea brasiliensis Muell.Arg) KLON PB 260
Abstract
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang kambing dan pupuk NPK Phonska serta interaksinya terhadap pertumbuhan bibit karet okulasi,dan untuk mengetahui dosis pupuk yang tepat untuk memperoleh pertumbuhan bibit karet okulasi yang baik.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari 2015 sampai dengan bulan Mei 2015, di Kampung Sekolaq Darat, Kecamatan Sekolaq Darat, Kabupaten Kutai Barat.Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam faktorial 4 x 4, dan ulangan sebanyak 3 kali, yang terdiri 2 faktor penelitian. Faktor I adalah Pupuk Kandang Kambing (K), terdiri atas 4 taraf, yaitu: tanpa pupuk kandang kambing atau kontrol (k0), dosis pupuk kandang kambing 5 ton/ha atau setara dengan 5 g/polibag (k1), 10 ton/ha setara 10 g/polibag (k2), dan 15 ton/ha setara 15 g/polibag (k3). Faktor II adalah Pupuk NPK Phonska (P), terdiri atas 4 taraf, yaitu: tanpa pupuk NPK Phonska atau kontrol(p0), dosis pupuk NPK Phonska 2,5 g/polibag (p1), 5 g/polibag (p2), dan 7,5 g/polibag (p3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang kambing (K) berbeda sangat nyata terhadap tinggi bibit karet umur 2, 3 dan 4 bulan setelah okulasi, jumlah daun umur 3 dan 4 bulan setelah okulasi dan diameter bibit umur 4 bulan setelah okulasi. Berbeda nyata pada jumlah daun umur 2 bulan setelah okulasi dan diameter bibit umur 3 bulan setelah okulasi. Berbeda tidak nyata terhadap diameter bibit umur 2 bulan setelah okulasi.
Perlakuan pupuk NPK Phonska (P) berbeda sangat nyata terhadap perlakuan tinggi bibit umur 3 dan 4 bulan setelah okulasi, jumlah daun umur 4 bulan serta diameter bibit umur 3 dan 4 bulan setelah okulasi. Berbeda nyata terhadap tinggi bibit umur 2 bulan setelah okulasi, jumlah daun umur 2 dan 3 bulan setelah okulasi serta diameter bibit umur 2 bulan setelah okulasi.
Interaksi perlakuan (KxP) berbeda nyata terhadap tinggi bibit umur 3 dan 4 bulan setelah okulasi. Berbeda tidak nyata terhadap tinggi bibit umur 2 bulan setelah okulasi, jumlah daun umur 2, 3 dan 4 bulan setelah okulasi serta diameter bibit umur 2, 3 dan 4 bulan setelah okulasi.
Keywords
References
Laporan TEPPA APBD Dinas Perkebunan Kalimantan Timur. http:/disbun.kaltimprov.go.id/statis-33-komodit-karet.html.Diakses tanggal 23 Januari 2014.
BPS Kutai Barat 2014. Kutai Barat Dalam Angka 2014.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Janudianto, Prahmono A, Napitupulu H, Rahayu S. 2013. Panduan Budidaya Karet Untuk Petani Skala Kecil. Rubber cultivation guide for small-scale farmers. Lembar Informasi AgFor 5. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program.
Lingga, P. dan Marsono. 2009. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya Dan Pengolahan.Kanisius, Yogyakarta
Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan, Analisis dan Interpretasinya. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
DOI: https://doi.org/10.31293/af.v16i1.2582
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 AGRIFOR
AGRIFOR : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.