KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR EKTOMIKORIZA DI TAMAN WISATA ALAM BARIAT KABUPATEN SORONG SELATAN
Abstract
Mikoriza adalah jamur yang hidup di dalam tanah dan dapat berasosiasi dengan tumbuhan. Mikoriza yang terbentuk pada tumbuhan dapat dibedakan berdasar struktur tumbuh dan cara infeksinya pada sistem perakaran inang yang dikelompokkan ke dalam tiga golongan besar yaitu ektomikoriza, endomikoriza dan ektendomikoriza. Jamur merupakan salah satu organisme dengan tingkat keragaman yang tinggi. Oleh karena itu dalam pengelompokan jamur (fungi), organisme ini dimasukkan dalam kelompok dunia tersendiri, disamping tumbuhan, hewan, dan mikrobia. Terkait dengan keberadaannya, jamur ektomikoriza merupakan indikator baik tidaknya kondisi hutan. Kawasan Taman Wisata Alam Bariat ini merupakan salah satu habitat berbagai tumbuhan jamur ektomikoriza. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah jenis jamur ektomikoriza, keanekaragaman, dominasi, dan kemerataan jenis jamur ektomikoriza yang tumbuh di wilayah hutan Taman Wisata Alam Bariat Kabupaten Sorong Selatan. Metode yang digunakan adalah metode observasi/pengamatan langsung di lapangan. Untuk pengambilan data jamur ektomikoriza dibuat plot secara purposive sebanyak 25 plot pengamatan dengan ukuran plot 20 x 20 m, sehingga luas keseluruhan areal penelitian 10.000 m2 (1 ha). Jenis jamur ektomikoriza yang ditemukan di hutanTaman Wisata A`lam Bariat sebanyak 16 jenis, yakni Hygrocybe cocineocre 309 individu (17,02%), jenis Pycnoporus annabarinus 124 individu (6,83%), Agrocybe sp 119 individu (6,56%), Mycena hiemalis 115 individu (6,34%), Coltricia sp 111 individu (6,12%), Fomes sp 109 individu (6,01%), Coltricia sp1 dan Pleutrotus sp masing-masing ada 107 individu (5,90%), Ramaria strcrita 101 individu (5,56%) Macrocystidia sp dan Auricullaria poltrichia masing-masing ada 94 individu (5,18%), Oudemansiella sp, Hygrocybe sp, dan Boletus sp masing-masing ada 89 individu (4.90%) Tremetes sp 87 individu (4,79%), dan Amanita sp 71 individu (3,91%). Indeks keanekaragaman jenis jamur ektomikoriza pada kawasan hutan Taman Wisata Alam Bariat dalam katagori sedang yaitu 1,171 dan indeks dominasi jenis dalam katagori rendah yaitu 0,077 sedangkan indeks kemerataan jenis dalam katagori tinggi yaitu 0,985, hal ini bahwa jamur ektomikoriza yang terdapat pada hutan Taman Wisata Alam Bariat menyebar secara merata, kecuali jenis Boletus sp, Tremetes sp dan Amanita sp.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Chotimah, T., Basuki Wasis, Henti Hendalastuti Rachmat. (2020). Populasi Makrofauna, Mesofauna dan Tubuh Buah Fungi Ektomikoriza pada Tegakan Shorea leprosula di Hutan Penelitian Gunung Dahu Bogor. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Forda.mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHKA
Darwis, W., Ulandari, U., Wibowo, R., H., Sipriyadi., & Astuti, R., R., S. (2020). Biodiversitass Fungi Maksroskopis di Sekitar Kawasan Cagar Alam Tanjung Laksaha Pulau Enggano Bengkulu. Bioedikasi, 11(1), 18-26.
Diagne. (2013). Keanekaragaman Jamur Ektomikoriza Pada Ekosistem Hutan Dipterokarpa. Ejournal.forda mof.org.
Dighton. (2016). Jumlah Jenis Jamur Ektomikoriza di KHDTK. Labanan. Ejournal. Forda.mof. org.
Bechem EET, Alexander IJ. (2012). Phosphorus nutrition of ectomycorrhizal Gnetum africanum plantlets from Cameroon. Plant Soil 353:379- 393.doi:10.1007/s11104-011 1038-x
Noor. (2010). Keanekaragaman Fungi Makro di Hutan Lindung Datar Alai dan Tegakan Benih Dipterocarpaceae di Desa Tabalong, Kecamatan Barabai, Kalimantan Selatan. In Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian BPTKSDA Samboja (pp. 55–63). Balitek KSDA Samboja.
Kasongat, Gafur, Ponisri. (2019). Identifikasi dan Keanekaragaman Jenis Jamur Ektomikoriza Pada Hutan Jati di Seram Bagian Timur. Ejuornal um-sorong. Median Volume 11 No.1 Februari 2019.
Fahrul, M.F. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Hall, I., R., Buchanan, P., K., Cole, A., L., Yun, W., & Stephenson, S. (2003). Edible and Poisonous Mushroom of The World. Timber Press. Portland.
Hilwan, I., & Handayani, P.E. (2013). Keanekaragaman Mesofauna Dan Makrofauna Tanah Pada Areal Bekas Tambang Timah Di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Silvikultur Tropika, 4(1), 35-41.
Herjayanti N., Manap Trianto, Rocky Reviko, Lembah, Efendi, Ivan Permana Putra. (2020). Studi Pendahuluan Jamur Makroskopis di Area Outlet Danau Lindu Sulawesi Tengah. Journal of Biology Science and Education (JBSE). Vol. 8, No. 2, Hal. 664-673.
Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Rohmaya, Djumali Mardji Dan Sukartiningsih. (2011). Keanekaragaman Jenis Jamur Ektomikoriza Pada Kondisi Hutan Dengan Kelerengan Yang Berbeda Di Hutan Wisata Bukit Bangkirai Pt Inhutani I Balikpapan. Jurnal Kehutanan. Tropika Humida.
Capenberg, H.A.W. dan M. Panggabean. (2005). Moluska di Perairan Terumbu Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu Teluk Jakarta. Jurnal Oseanologi dan Limnologi 37: 69–85.
Budi, S. W. (2012). Pengaruh Strerilisasi Media Dan Dosis Inokulum Terhadap Pembentukan Ektomikoriza Dan Pertumbuhan Shorea Selanicablume. Jurnal Silvikultur Tropika. 3 (7) : 77-78.
Masria. (2015). Peranan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Untuk Meningkatkan Resistensi Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan Dan Ketersediaan P Pada Lahan Kering. Jurnal Partner. 15 (1) : 48- 56.
Mansur, I. (2013). Teknik Silvikultur Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Bogor: SEAMEO BIOTROP.
Putra, I.P., Mardiyah, E., Amalia, N.S., & Mountara, A. (2017). Ragam jamur asal serasah dan tanah di Taman Nasional Ujung Kulon Indonesia. Jurnal Sumberdaya Hayati, 3(1), 1-7
Putra, IP. (2020). Potensi Beberapa Jamur Pangan Liar yang Bernilai Ekonomi di Pulau Belitong Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal WASIAN Vol. 7. No. 2 Tahun 2020; 121-135.
DOI: https://doi.org/10.31293/agrifor.v21i1.5868
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2022 Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan
AGRIFOR : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.