KAJIAN PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD 41(IAS 41) PADA PT. SURYA HUTANI JAYA (STUDI KASUS ASET BIOLOGIS AKASIA)
Abstract
KRISTOFORUS AKDES WAHYU ARI WIBOWO, Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, “Kajian Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berdasarkan International Accounting Standart 41 (IAS 41) Pada PT. Surya Hutani Jaya (Studi Kasus Aset Biologis Akasia)”. Dibawah bimbingan Bapak LCA. Robin Jonathan dan Ibu Camelia Verahastuti.
Penelitian ini dilakukan pada PT. Surya Hutani Jaya yang bergerak dalam bidang HTI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi aset biologis serta perbandingan perlakuan akuntansi aset biologis yang diterapkan PSAK 16 dengan perlakuan akuntasi aset biologis berdasarkan IAS 41. Dalam melakukan penelitian ini, penulis mendasarkan analisis yang dibuat berdasarkan literatur yang relevan dengan topik penelitian serta data yang diperoleh dari tempat penelitian.
Aset biologis merupakan tanaman dan hewan yang mengalami transformasi biologi. Transformasi biologis terdiri dari proses pertumbuhan, degenerasi, produksi dan prokreasi yang menyebabkan perubahan secara kualitatif dan kuantitatif dalam kehidupan hewan dan tumbuhan, dapat menghasilkan aset baru yang terwujud dalam agricultural produce atau berupa tambahan aset biologis dalam kelas yang sama. Karena mengalami transformasi biologis itu maka diperlukan pengukuran yang dapat menunjukkan nilai dari aset tersebut secara wajar sesuai dengan kontribusinya dalam menghasilkan aliran keuntungan ekonomis bagi perusahaan. IASC (International Accounting Standar Committee) telah mempublikasikan IAS 41 yang mengatur tentang aset biologis. Dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) belum ada standar yang mengatur tentang perlakuan akuntansi aset biologis.
Perusahaan mengukur aset biologis yang dimiliki berdasarkan nilai perolehan. Aset biologis diukur berdasarkan nilai perolehan dan disajikan pada neraca sebesar nilai bukunya (nilai perolehan dikurangi akumulasi penyusutan). Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa nilai ini lebih terukur sehingga nilai yang diperoleh lebih andal. Dan untuk mencapai keandalan laporan keuangan, perusahaan harus membuat catatan terkait dengan aset biologis
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abidin, Ridwan, A. 2011. Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT. Perkebunan Nusantara XIV Makassar (Persero). Jurnal Makassar: Universitas Hasanuddin.
____________. BAPEPAM. 2002. Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Surat Edaran Bapepam. www.bapepam.go.id. Diakses Februari 2017
Epstein, J Barry., Eva K. 2008 Jermakowicz. Interpretation And Application International Financial Reporting Standard, New Jersey: John Wiley & Son
International Accounting Standard Committee. 2009. International Accounting Standard 41 Agriculture.
Kieso, Donald E, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield. 2007. Intermediate Accounting, tenth Edition, John Willey & Sons Inc. New York Diterjemahkan oleh Emil Salim. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Mutiara, Delvi (2013). Implementasi International Accounting Standard (IAS) 41 tentang biological assets pada PT. Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) Kebun Getas. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 16 (Revisi 2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Aset Tetap.
Widyastuti, Adita. 2012. Analisis Penerapan International Accounting Standard (IAS) 41 Pada PT Sampoerna Agro, Tbk. Jurnal Semarang: Universitas Diponegoro. Semarang
DOI: https://doi.org/10.31293/ekm.v7i1.3400
Refbacks
- There are currently no refbacks.